Esai nih

Esai
"Pernikahan dini"
Siapa yang tak mengenal istilah pernikahan dini? Hampir seluruh masyarakat Indonesia tak asing mendengar istilah ini. Satu-satu nya pelaku sekaligus korban dari masalah ini adalah remaja khususnya mereka yang masih mengenyam pendidikan.
Penyebabnya sepele, hanya pacaran. Itulah salah satu penyebab yang dianggap sepele oleh beberapa remaja, pacaran yang berujung oleh pernikahan. Miris pemikiran masyarakat Indonesia saat ini, pacaran dianggap sepele apalagi menikah.
Menurut beberapa remaja, mereka yang tak pernah pacaran atau sama dengan tidak mempunyai pacar dianggap tidak gaul, kuno, dan tidak menikmati masa remaja. Lalu, mereka yang hamil dan menikah di usia remaja, disebut dengan menikmati dunia remaja?
Pacarannya tidak lebih biasa-biasa saja maksudnya di sini biasa berdua, biasa pegangan tangan, biasa pelukan, biasa ciuman, hingga biasa  melakukan hubungan seks bebas.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan istilah pacaran, tetapi jika pacaran tanpa hal yang telah disebutkan di atas, itu tidak mungkin terjadi. Minimal hanya berduaan, sedangkan maksimalnya seks bebas dan ujung-ujungnya menikah.
Lalu apa yang menjadi alasan remaja untuk menikah di usia dini? Alasan pada umumnya adalah si perempuan hamil. Mau tidak mau, rela tidak rela si laki-laki harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Apakah dengan menikah justru menemukan jalan keluar dan menuntaskan masalah yang terjadi pada remaja saat itu? Jawabannya tidak, justru dengan menikah di usia yang sangat muda menambah masalah baru yang harus dihadapi oleh kedua pihak.
Remaja yang belum siap untuk menjadi seorang Ibu dan seorang Ayah, yang harusnya masih mengenyam pendidikan, harus siap untuk terjun di dunia kerja tanpa persiapan sama sekali demi menghidupi anak yang akan segera lahir. Bersaing dengan beberapa pekerja yang memang jelas-jelas telah memasuki usia produktif dengan modal pengetahuan yang luas.
Istilahnya remaja ini dituntut dewasa sebelum waktunya. Karena minimnya pekerjaan bagi mereka yang masih berusia sangat muda dan tamat SMA tanpa ijazah dalam artian putus sekolah menyebabkan meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia.
Remaja yang tejebak dalam pernikahan dini berupaya untuk mendapatkan uang dengan cara mudah, mereka lebih memilih untuk mencuri, merampok, dan melakukan tindakan kriminal lainnya.
Selain itu, beberapa kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia terjadi pada keluarga yang berasal dari pernikahan dini, sesuai dengan hasil survei yang dikeluarkan oleh Plan Indonesia bahwa 44 persen pelaku pernikahan dini mengalami KDRT, beberapa perceraian juga seringkali terjadi akibat permasalahan ini.
Si laki-laki yang tak mampu menghidupi Istri dan anaknya pada akhirnya akan mengembalikan si perempuan dan anak ke rumah Ibu dan Ayahnya. Namun ada juga beberapa pasangan yang belum siap untuk memiliki seorang anak lebih memilih untuk menggugurkan kandungannya daripada melakukan pernikahan.
 Indonesia yang harusnya menciptakan generasi-generasi muda bermartabat di masa akan datang justru merasakan mirisnya gaya hidup remaja saat ini. Bukan hanya remaja yang menjadi sorotan oleh permasalahan ini, tetapi peran orangtua, lingkungan, dan pemerintah sangat diperlukan dalam menyikapi dan menanggulanginya.
Pacaran memang bukan satu-satunya penyebab pernikahan dini tetapi pada umumnya ini yang menjadi sumber permasalahan, semoga remaja dapat menyikapi istilah pacaran dengan hal-hal positif dan sebisa mungkin hindarilah pacaran walaupun awalnya tak ada niatan untuk melakukan hal-hal buruk.
Jadi, tidak masalah ketika kita dijuluki si jomblo, jomblo karatan, jomblowers dan apalah itu. tetaplah berpegang teguh pada prinsip sendiri jauh dari maksiat!

Komentar